22 Desember 2009

Planet Baru "Mirip Bumi" Berlimpah Air

Jakarta  - Penemuan "dunia tirta" baru (planet serupa Bumi yang berlimpah air) yang mengorbiti satu bintang dalam jarak 40 tahun cahaya menjadi planet pertama yang diketahui mirip Bumi dan membuat manusia menjadi cukup dekat untuk bisa mengendus atmosfernya, kata para astronom seperti dikutip jurnal Nature.

Dinamai GJ 1214b, ukuran planet ini hanya sekitar 2,7 kali ukuran Planet Bumi dengan massa kira-kira 6,5 kali lebih berat dari Bumi.

Berdasarkan berat jenisnya, para ilmuwan mengira GJ 1214b mengandung 3/4 air likuid dengan inti padat dari besi dan nikel serta atmosfer hidrogen dan helium yang merupakan mirip dengan Bumi.

Namun dalam banyak cara lainnya, planet ini adalah "binatang kejam yang sangat berbeda" dari Bumi yang kita tinggali, kata para ilmuwan.

"Pada dasarnya ini adalah satu samudera luas," kata kepala peneliti David Charbonneau dari Pusat Astrofisika Smithsonian, Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts.

"(Di planet ini) tidak ada satu pun benua yang mengambang di atas atau menyeruak dari air."

Lebih dari itu, GJ 1214b lebih panas dibandingkan Bumi dan atmosfernya sepuluh kali lebih tebal dibandingkan planet kita, kata para peneliti.

Hal ini mungkin membuat apapun sulit untuk hidup seperti selama ini kita ketahui. Untuk para pemula, tekanan atmosfer terhadap permukaan planet itu besar sekali dan cahaya yang sangat sedikit sulit menembus kabut demi mencapai samudera planet tersebut.

Planet baru menyerupai Bumi ini tetaplah sangat asing.

Planet Super-Earth baru itu ditemukan dengan menggunakan proyek MEarth, satu unit perangkat teleskop kecil berbasis di Bumi yang digunakan untuk mendeteksi perubahan dari menit ke menit dari kekuatan cahaya bintang-bintang merah nan redup yang disebut dengan M dwarfs (bintang cebol).
]
Kelipan periodikv cahaya bintang bisa disebabkan oleh planet-planet yang secara terpisah transit atau mengitari bintang-bintangnya. Karena bintang cebol M dwarfs lebih buram ketimbang bintang-bintang seperti Matahari, maka menjadi lebih mudah menjejak pengurangan kekuatan cahaya yang disebabkan oleh planet-planet seukuran Bumi yang lebih kecil massanya.

Kendati GJ 1214b tidak langsung terlihat, perubahan pasti dalam cahaya bintang karena jejak perjalanannya, memungkinkan para astronom bisa menakar ukuran dan massa planet tersebut, yang nantinya menawarkan petunjuk-petunjuk terhadap komposisi planet itu.

Dan karena dunia tirta begitu dekat ke Bumi, demikian Charbonneau, teleskop optik yang berbasis di antariksa seperti Hubble atau Kepler bisa seharian digunakan untuk mengendus kandungan kimia pasti dari atmosfer planet serupa Bumi itu.

"Sejumlah cahaya dari bintang cebol itu menembus atmosfer planet serupa Bumi tersebut (seperti cahaya Matahari menembus Bumi), dan menempel pada fitur-fitur atom dan molekul apa saja yang ada," kata Charbonneau.

Secara keseluruhan, penemuan ini adalah "pencapaian yang menjadi tonggak" yang bisa menutup kesenjangan ilmiah dalam planetologi, kata Greg Laughin, ilmuwan astrofisika pada Universitas California, Santa Cruz, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.

"Saya selalu membayangkan seperti apakah bentuk planet bermassa enam kali dari Bumi itu. Kini kita mengetahuinya. Planet itu benar-benar sangat berbeda dari sistem tata surya kita," kata Laughlin.
Read More- Planet Baru "Mirip Bumi" Berlimpah Air

16 November 2009

Filosofi Bebek


Saya tiba-tiba seperti ini mengetahui filosofi Bebek, unggas yang bisa berenang ini ternyata punya sisi positif yang bisa kita jadikan contoh dalam mengatasi masalah hidup kita sehari-hari. saya sendiri merasa cocok dengan karakter bebek ini. Karena filosofi ini cocok sekali dengan karakter saya. Bisa teman-teman baca, yang saya dapat dari sesama blogger.

Selamat membaca!!!
Suatu hari saya tidak sengaja melihat tiga orang rekan saya yang kebetulan semuanya akhwat, ciee..sedang ngobrol di lantai belakang gedung rektorat Unila. Tampaknya mereka sedang curhat, pikir saya waktu itu. Saya pun tidak menggubrisnya, namun tiba-tiba saja mereka memanggil saya. “Peng…peng…sini peng…”(Nama panggilan di teknokra yang saya pun kontra menerimanya).

Seorang dari mereka memanggil saya. Saya pun kemudian menghampiri mereka. Perasaan saya mulai terusik saat melihat deraian air mata membasahi pipi (alahhh so romantis) salah seorang rekan saya. Sebut saja Bunga (Bukan nama Struk SPP). Tampaknya dia sedang bermasalah, pikirku menerawang.

Aku pun mencoba menengahi. “Ada apa?,” tanyaku. Urusin ni temenmu, kata salah seorang teman saya waktu itu. “Kamu kenapa? Ada masalah apa? Kembali tanyaku pada si Bunga. Namun tiba-tiba aku terhentak. “Kamu orang gak pernah ngerti masalah saya. Kamu orang gak kan bisa nyelesain masalah saya, bla..bla..blaa…” begitu ujarnya dengan nada tinggi. Pikiran ku pun menerawang, dia sedang ada problem dengan keluarganya yang berimbas pada eksistensinya di Teknokra.

Sebagai seorang teman, saya pun mencoba menenangkannya dan memberi pengertian. Namun usaha saya dan dua orang rekan saya sia-sia. Dia tetap bersikukuh dan menganggap kami tidak mengerti akar permasalahannya, apalagi memberikan solusi. Puncaknya saya pun bingung dan memilih diam. Terus terang saya kehabisan akal.

Saya pun kemudian memilih untuk pergi. Ya..pergi tuk mencari solusi. Kebetulan waktu itu saya bertemu dengan senior saya, mbak Uchi namanya. Saya pun menceritakan permasalahan yang sedang dialami rekan saya tersebut. “Bla..bla…”. “Ya udah kumpulin temen-temennya kita ngobrol aja,” seru mbak Uchi, di ruang keramat teknokra.

Bergegas saya menghubungi teman-teman saya satu angkatan. Kalau tidak salah ada enam orang waktu itu. Tidak lama kemudian mbak Uchi dating menghampiri. Kami pun larut dalam obrolan sensitife. Mbak Uchi meminta kami menjelaskan permasalahan keteknokraan yang sedang kami alami.

Satu persatu dari kami pun mengutarakan permasalahan masing-masing, mulai dari masalah pribadi, keluarga dan cinta. Halahh… Seorang rekan saya yang tadi menderaikan air mata bahkan sempat menyatakan ingin keluar dari teknokra. Ia bahkan mempertanyakan teknokra itu apa? Teknokra hanyalah sebuah nama. Untuk apa saya di teknokra, ga’ ada untungnya. Begitu ucapnya. Kata-kata ini menambah deretan rasa deg-deg’-an dalam hati saya.

Setelah semua usai, mbak Uchi pun perlahan memberikan arahan kepada kami. Ia pintar memainkan kata-kata hingga ku tak kuasa menahan air mata. Kata-kata itu adalah kata-kata mutiara yang tiba-tiba mensuplay energi kedalam diri saya. “Teknokra bukanlah hanya sebuah nama. Teknokra bukanlah sekret belaka. Teknokra adalah kita semua”, ujarnya mantap.

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Yakinlah bahwa pilihan kita di teknokra adalah pilihan yang benar. Buktikan dan tunjukkan itu.

Kalian tahu filosofi bebek? Ada yang mau seperti bebek? Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar darinya. Bebek? Apa sih maksudnya, perasaanku membatin.

“Ya..bebek. Coba lihat saat bebek berenang. Apa yang kalian lihat. Bebek begitu tenang berenang menyusuri air dalam kolam. Santai sekali tampaknya apabila dilihat dari darat. Tapi, coba kalian berenang dan lihat kaki si bebek. Kakinya begitu sibuk mengayun, dan begitu sibuk bekerja”.

Ada yang tau artinya? hmm..seketika kami terdiam.

“Artinya adalah kita tidak perlu menunjukkan kesibukan, jerih payah dan kesusahan kita pada orang lain. Cukup diri kita saja yang tahu. Santai saja, dan selalu tersenyumlah kepada orang lain, meskipun sebenarnya kita sedang susah, sedang banyak masalah”.

Perbincangan itu begitu membuat saya terharu. Hal itu menjadi flashback dan pencerahan bagi kami khususnya saya. Syukur Alhamdulillah, si Bunga pun,,akhirnya tercerahkan..dan semangat teknokra kembali menyelimutinya. Tangis pun berubah menjadi senyum dan tawa ria. Seakan menjadi pertanda,, saya akan tetap semangat di Teknokra!! Tetap semangat kawan..dan Tetap Berpikir Merdeka!
Read More- Filosofi Bebek

Maut dalam Sesendok Gula


Semua gula dalam makanan yang kita makan sehari-hari ternyata tak hanya meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, tapi juga dapat memangkas umur manusia. Sebuah laporan yang dipublikasikan dalam Cell Metabolism menyatakan bahwa bagi cacing Caenorhabditis elegans,yang diberi makan gula, hidup itu memang manis tapi singkat.


Hanya dengan menambahkan sedikit glukosa pada makanan C. elegans, cacing itu bakal kehilangan 0,2 persen masa hidup normalnya. Para ilmuwan melacak adanya efek sinyal insulin, yang dapat menghalangi molekul lain yang berperan dapat memperpanjang usia nematoda itu.

Meskipun studi itu dilakukan terhadap cacing, Cynthia Kenyon dari University of California, San Francisco, Amerika Serikat, menyatakan ada banyak kemiripan antara cacing dan manusia dalam jalur penandaan insulin. Kenyon langsung mengubah kebiasaan makannya dan beralih pada menu diet rendah karbohidrat, setelah mengetahui hasil studi tersebut. Kini dia menyingkirkan makanan penutup dan makanan kaya tepung dari meja makannya. "Pada awal 1990-an, kami menemukan mutasi yang dapat melipatgandakan rentang usia normal cacing ini," kata Kenyon. "Mutasi itu mempengaruhi penandaan insulin."

Mutasi pada gen daf-2 terbukti secara spesifik memperlambat penuaan dan melipatgandakan rentang usia. Usia yang lebih panjang itu juga bergantung pada faktor transkripsi FOXO lain, yang disebut DAF-16, dan faktor heat shock HSF-1.
Kini para ilmuwan menunjukkan bahwa faktor yang sama juga terlibat dalam menentukan usia cacing yang diberi makan glukosa. Begitu kuatnya dampak glukosa juga membuat mutasi gen daf-2 tak mampu memperpanjang usia cacing.
Cacing yang diberi makan glukosa memperlihatkan penyusutan saluran aquaporin, yang mentransportasi gliserol, zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan glukosa sendiri. "Jika kekurangan glukosa, tubuh membuatnya sendiri dengan gliserol," kata Kenyon seperti dirilis oleh tempo.com edisi 10 November 2009.

Studi lanjutan memang diperlukan untuk melihat apakah efek gula yang sama dialami tikus, bahkan manusia. "Meski belum memahami mekanisme glukosa memperpendek usia hidup C. elegans, fakta bahwa saluran transportasi aquaporin mamalia diatur oleh insulin meningkatkan kemungkinan bahwa glukosa juga dapat memperpendek rentang usia manusia," kata Kenyon.
Read More- Maut dalam Sesendok Gula